KESAMBI, (KC Online).-
Melihat latar belakang kondisi Indonesia yang beragam, unit kegiatan mahasiswa Centre for the Study of Philosophy and Culture (CSPC) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar workshop Keberagaman “Iman dan Seksualitas” bekerja sama dengan YifoS Indonesia dengan melibatkan 20 mahasiswa dari berbagai jurusan pada Selasa-Kamis (7-8/11/2017) di Sekretariat YifoS.
Ketua pelaksana workshop, Suhendi, mengungkapkan bahwa kajian tentang Keberagaman Iman dan Seksualitas sangatlah tabu dibicarakan di masyarakat. Apalagi dengan mereka yang mengalami keragaman seksualitas yang berbeda dengan umumnya, mereka mengalami diskriminasi dari masyarakat sekitar.
“Kajian keberagaman iman dan seksualitas ini merupakan kajian sangat tabu dibicarakan di masyarakat. Di sini CSPC membuka ruang diskusi untuk sharing dan berbagi pengalaman tentang Keragaman Iman dan Seksualitas. Sudah saatnya kita harus menghargai hak asasi manusia,” ungkapnya saat ditemui di Sekrrtariat YifoS Indonesia, Selasa (7/11/2017).
Sementara Koordinator Nasional YifoS Indonesia, Jihan, mengungkapkan bahwa sebagai manusia semestinya merdeka atas dirinya. Sebagai komunitas maupun organisasi harus menjalin jaringan untuk berbagi pengalaman dan membuka wacana keilmuan dengan sangat luas.
“YifoS merupakan organisasi yang fokus dalam kajian keberagaman Iman dan seksualitas. Maka dengan kondisi Indonesia yang bergaman, kita sebagai manusia harus merdeka atas dirinnya,” imbuh jihan.
Identitas seksual yang berbeda menjadi tantangan bagi siapapun, karena masyarakat sepenuhnya belum menerima adanya transgender seperti waria maupun priawan.
Direktur Utama CSPC, Ikfal Al Fazri mencoba membuka wawasan intelektual terkait Keragaman Iman dan Seksualitas di ranah mahasiswa. Ada teori dalam konteks ini, bahwa seorang yang memiliki identitas seksual yang berbeda, prilaku seksualitas yang berbeda, bahkan yang melakukan transgender mengalami keterasingan di sosial masyarakat.
Hal ini diakibatkan doktrin agama yang menganggap mereka tidak normal bahkan dianggap tidak sesuai dengan norma. Dari situlah CSPC mencoba mengkaji lebih dalam, apa sebab mereka didiskriminasikan, sampai tidak memiliki tempat di sosial masyarakat.
(Rilis/Egi)
Dimuat di sini