The Rainbow Pilgrimage

Penelitian ini tidak lahir dari ruang hampa melainkan dari pengamatan dan pengalaman saya bersama-sama dengan teman-teman komunitas ragam gender dan seksualitas selama kurang lebih 10 tahun terakhir. Pada awalnya ketika saya bergabung dengan teman-teman muda LGBTQ+, saya sempat mendapat penolakan karena saya membawa isu keimanan yang tidak relevan bagi perjuangan saat itu. Saya menyadari bahwa pada masa itu, bisa mengakses tempat ibadah tanpa merasakan penolakan atau kekerasan adalah sebuah bentuk privilege bagi LGBTQ+. Berbagai penolakan memaksa orang muda LGBTQ+ untuk menanggalkan identitas keimanannya. 

Seiring berjalannya waktu, saya berjumpa dengan YIFoS Indonesia dan mengikuti Queer Camp pada tahun 2017. Pada akhirnya saya menemukan sekelompok orang muda yang mempunyai kegelisahan yang sama dengan saya, interseksionalitas isu keragaman seksualitas dan keimanan. Oleh karena itu, saya menerima dengan sukacita tawaran untuk membantu YIFoS untuk melakukan penelitian ini. Tangisan penolakan LGBTQ+ di ruang keimanan sekaligus tangisan kebahagiaan melihat ruang keimanan yang perlahan-lahan terbuka bagi keberagaman gender dan seksualitas menjadi nafas dari penelitian ini. 

Scroll to Top