Pernah makan rainbow cake? Mudah-mudahan pernah ya, kalau belum berarti cepat beli dulu dan rasakan sebelum melanjutkan membaca tulisan sederhanaku. Lama ya. Sudah baca dulu saja. Rainbow cake itu kue berwarna-warni ya kaya pelangi gitu. Rasanya ajib boy, manis tapi tidak terlalu manis, setiap lapisannya punya warna dan rasa sendiri. Samalah dengan manusia, setiap orang punya warna dan rasa yang berbeda-beda. Ini apa maksudnya ya? Sabar! Nanti juga sampai.
Jadi begini, manusia ini kan diciptakan Tuhan bermacam-macam, semuanya memiliki ciri khas yang berbeda-beda bahkan seseorang yang dilahirkan kembar pun akan mempunyai perbedaan dari kembarannya. Entah fisik, sifat, kegemaran, dan lainnya termasuk selera pasangan. Iya bukan?
Ada satu pertanyaan pengantar yang jawabannya terserah teman-teman. Apa yang dibanyangkan ketika mendengar kata seksualitas? Apakah jawabanmu masih seputar hubungan intim laki-laki dan perempuan di atas ranjang? Video porno? Cewek dengan baju sexy? Kalau iya, berarti kamu harus melanjutkan membaca tulisan ini. Kemudian apa hubungannya seksualitas dengan rainbow cake yang dibahas dari tadi.
Sederhananya seksualitas itu seperti rainbow cake. Kok bisa? Seksualitas itu luas pengertiannya bukan seperti yang dibayangkan kebanyakan orang yang sudah salah kaprah mengartikan seksualitas. Rona-ronanya kalau membahas seksualitas adalah hal tabu karena bukan konsumsi khalayak ramai. Apalagi berbicara seksualitas dengan anak atau remaja. Amit-amit jabang baby…
Ayo aku ajak berkenalan dengan yang namanya seksualitas. Seksualitas memang berasal dari kata seks yang berarti jenis kelamin. Namun, makna seksualitas tidak bisa diartikan secara tekstual begitu saja karena konsep seksualitas itu luas. Seksualitas adalah sebuah aspek inti manusia sepanjang hidupnya, meliputi seks (jenis kelamin), identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.
Seksualitas ini dialami dan diungkapkan melalui pikiran, khayalan, gairah, kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, perbuatan, peran dan hubungan. Namun karena seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik, budaya, etika, hukum, sejarah, agama dan spiritual, tidak semuanya dialami atau diungkapkan. Tidak jarang hal itu dipendam. Misalnya ketika begairah, nafsu birahi menggerayangi dan tidak ada pelampisan yang sah. Akhirnya yang dilakukan adalah masturbasi agar tidak merugikan pihak lain. Banyakin puasa cuy…
Samuel Killermann, penulis the social justice advocate’s handbook: a guide to gender, menjelaskan dengan mudah melalui gambar genderbread person. Gambar itu menunjukkan kalau tubuh kita sebagai kerangka seksualitas memiliki komponen-komponen seperti seks biologis, identitas gender, ekspresi gender, dan ketertarikan (orientasi seksual).
Pertama, seksual biologis sebagai ciri seseorang berdasarkan organ reproduksinya dan seksual yang dimilikinya. Istilah yang lebih cocok digunakan adalah jantan dan betina atau penis dan vagina. Kedua, identitas gender diartikan sebagai perasaan seseorang terhadap dirinya, apakah dia perempuan, laki-laki atau lainnya. Identitas gender ini disimbolkan dengan otak. Ketiga, ekspresi gender yang mengarah pada cara seseorang berperilaku untuk mengkomunikasikan gendernya dalam budaya tertentu. Misalnya cara berpakaian, berjalan, berkomunikasi dan lainnya yang bisa terlihat oleh orang. Terakhir, ketertarikan atau orientasi seksual. Berbicara masalah ketertarikan berarti bicara masalah hati seperti yang digambarkan pada genderbread. Seseorang itu tertarik secara emosional atau seksual terhadap lawan jenis, sesama jenis, keduanya atau tidak keduanya.
Banyak juga bukan pembahasan tentang seksualitas. Berlapis-lapis seperti lapisan rainbow cake. Berbicara seksualitas ya berarti berbicara tubuh kita, hak kesehatan seksual dan reproduksi juga. Ya kalau seksualitas masih diartikan sempit, sama saja kaya rainbow cake rasa apem.
Penulis: Tien Afecto Galuh