Oleh: Js. Maria Engeline Santoso, S.Kom, M.Ag
Apa itu Iman? Secara etimologis dalam bahasa Arab, kata iman berarti percaya, merasa aman. Arti ini sejalan dengan kata Ibrani dalam Perjanjian Lama ‘emuna’, ‘he emin’ yang berasal dari kata ‘mn’ yang berarti tetap. Kata Ibrani ini memiliki padanan dalam bahasa Yunani sebagaimana terdapat dalam Septuaginta.
Dalam bahasa Yunani ada kata ‘psistis’ yang artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang. Kata ini merupakan rumpun dari kata ‘peithomai’ yang artinya percaya kepada, mengandalkan seseorang, mempercayakan diri kepada. Ada juga unsur Semit lain, yaitu ‘batah’ yang artinya mengandalkan seseorang, percaya kepada.
Baik kata Arab ‘iman’ maupun kata Ibrani dan Yunani tadi sama-sama berkaitan dengan kata aman, keamanan. Dalam kata-kata itu terdapat pengertian mantap, teguh, kokoh, stabil, dan tidak tergoncangkan. Dalam konteks keyakinan keagamaan, terminology iman dipahami sebagai percaya di dalam batin/hati, pasti tentang sesuatu, pasti tentang Tuhan dan wahyu-Nya. Artinya seseorang yang beriman tidak ragu tentang kebenaran Tuhan melalui wahyu suci di dalam keyakinan agama masing-masing, sehingga iman adalah jawaban atau tanggapan manusia atas wahyu Tuhan.
Sedangkan seksualitas adalah seks yang artinya perbedaan badani atau biologis laki-laki dan perempuan, yang sering disebut dengan jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas yaitu dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seks yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Orientasi seksual adalah seseorang yang secara seksual lebih tertarik dengan jenis kelamin tertentu. Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu heteroseks dan homoseks. Heteroseks adalah orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis dan homoseks adalah orang yang secara seksual lebih tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin. Laki-laki yang tertarik kepada laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang tertarik pada perempuan disebut lesbian. Terjadinya homoseksualitas sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh gen) dan ada pula yang mengatakan dari pengaruh lingkungan.
Iman perspektif agama Khonghucu
Istilah dan pengertian dalam agama Khonghucu yang diterjemahkan sebagai kata iman berasal dari huruf 诚 Cheng, yang terdiri dari dua akar kata 言 Yan dan 成 Cheng. 言Yan artinya bicara atau sabda, kalam sedangkan 成 Cheng artinya sempurna atau jadi.
Karena itu pengertian iman诚Cheng mengandung makna sempurnanya kata batin dan perbuatan. Dalam kehidupan agama, kita wajib memiliki Iman terhadap kebenaran ajaran agama yang kita peluk. Pada Kitab Tengah Sempurna XIX:18 tertulis, ”Iman itulah Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa; berusaha beroleh Iman, itulah Jalan Suci manusia. Yang beroleh Iman itu ialah orang yang setelah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya.” Maka iman ialah sikap atau suasana batin yang berhubungan dengan sempurnanya kepercayaan atau keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengertian di atas menunjukkan betapa mutlak pentingnya iman 诚 Cheng itu bagi kehidupan rohani manusia sebagai insan yang berakal budi, yang menyadarkan bahwa hidup ini ialah suatu yang suci dan mulia, sebagai Firman dan Anugerah Tuhan YME. Maka tersurat dalam Kitab Tengah Sempurna XXIV, “1. Iman itu harus disempurnakan sendiri dan Jalan Suci itu harus dijalani sendiri. 2. Iman itulah pangkal dan ujung segenap wujud. Tanpa Iman, suatupun tiada. Maka seorang Junzi (Susilawan) memuliakan Iman. 3. Iman itu bukan dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan diri sendiri, melainkan menyempurnakan segenap wujud juga. Cinta Kasih itu menyempurnakan diri dan Bijaksana itu menyempurnakan segenap wujud. Inilah Kebajikan Watak Sejati dan inilah Keesaan Luar Dalam daripada Jalan Suci. Maka setiap saat janganlah dilalaikan.
Dalam tradisi filsafat dan agama, baik barat maupun timur diketahui bahwa manusia merupakan makhluk multidimensi. Manusia memiliki empat dimensi dasar, yaitu: Dimensi Fisik/Psikomotorik, Intelektual/Kognitif, Emosional/Afektif, dan Rohani/Spiritual. Keempat dimensi itu mencerminkan empat kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (survival), belajar (pikiran), mencintai dan dicintai (hati), serta meninggalkan nama baik (makna hidup).
Tian memberikan berkah luar biasa dalam diri manusia berupa dua unsur, yaitu Nyawa dan Roh. Maka diyakini bahwa manusia adalah makhluk termulia di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Karena selain memiliki fisik (daya hidup jasmani), manusia juga memiliki roh (daya hidup rohani).
Roh atau daya hidup rohani di dalamnya bersemayam Xing 性 atau watak Sejati sebagai Firman Tuhan atas diri manusia, mengandung benih-benih kebajikan, yaitu: Cinta Kasih Ren 仁, Kebenaran Yi 义, Kesusilaan Li 礼, dan Kebijaksanaan Zhi 智. Benih Kebajikan Watak Sejati inilah yang menjadi kodrat suci dan kemampuan manusia untuk berbuat bajik dan sekaligus menjadi tanggung jawab manusia untuk menggemilangkannya, sehingga menjadi tetap baik sampai pada akhirnya nanti.
Nyawa atau daya hidup jasmani di dalamnya terkandung daya rasa atau nafsu yang merupakan kekuatan bagi manusia untuk melangsungkan hidupnya. Daya rasa atau nafsu itu adalah: Gembira Xi喜, Marah Nu 怒, Sedih Ai 哀, Senang Le 乐. Tanpa keempat daya rasa ini manusia tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Maka, baik daya hidup rohani (Watak Sejati) ataupun daya hidup jasmani (nafsu) merupakan dua unsur yang mutlak dimiliki oleh manusia.
Tujuan pengajaran agama adalah agar manusia mampu menyelaraskan/meng- harmoniskan kedua unsur Nyawa dan Roh. Seperti tersurat di dalam kitab Catatan Kesusilaan XXI, Ji Yi Bagian II:
Zai Wo berkata, “Saya sudah mendengar Gui (Nyawa) dan Shen (Roh), tetapi belum mengerti apa yang dimaksudkan dengan sebutan itu.”
Nabi bersabda, “Qi (Semangat) itulah wujud berkembangnya Shen (Roh), Po (Badan Jasad) itulah wujud berkembangnya Gui (Nyawa). \\
Berpadu harmonisnya Gui dan Shen, itulah tujuan tertinggi ajaran agama. Semua yang dilahirkan pasti mengalami kematian; yang mengalami kematian pasti pulang kepada tanah; inilah yang berkatitan dengan Gui.
Tulang dan daging melapuk di bawah, yang bersifat Yin (Negatif) itu raib menjadi tanah di padang belantara. Tetapi Qi berkembang memancar di atas cerah gemilang; diiringi asap dan bau dupa yang semerbak mengharukan. Inilah sari beratus zat; perwujudan daripada Shen.\”
Untuk menjaga atau memelihara keseimbangan dalam hidup manusia, maka keempat unsur Roh Qi 气, Sukma Ling 灵, Arwah Hun 魂, dan Jasad Po 魄 tersebut haruslah terpelihara dengan baik, artinya masing-masing bagian menerima pasokan makan.
- Qi 气Roh atau Semangat memerlukan siraman rohani berupa nasihat-nasihat dan atau petunjuk-petunjuk, inilah santapan rohani untuk memelihara Semangat.
- Ling 灵Sukma atau Hati memerlukan penyegaran/relaksasi berupa hiburan-hiburan dan atau kenyamanan-kenyamanan tertentu, inilah santapan untuk memelihara sukma (hati). Terpenuhinya pasokan makanan untuk Semangat dan Sukma inilah yang berhubungan dengan Kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud disini adalah dapat mensyukuri dan menikmati apa yang dimiliki baik benda maupun keadaan yang dialami.
- Hun 魂Arwah atau Pikiran memerlukan makanan berupa kepemilikan atau dapat meraih sesuatu yang diinginkan baik benda ataupun keadaan yang diinginkan, inilah santapan untuk memelihara arwah (pikiran).
- Po 魄Jasad atau tubuh/fisik kita memerlukan pasokan makanan berupa makanan dan minuman, inilah santapan untuk memelihara tubuh. Terpenuhinya pasokan makanan untuk arwah (pikiran) dan jasad (tubuh) inilah yang berhubungan dengan Kepuasan. Kepuasan yang dimaksud disini adalah dapat memiliki yang diinginkan baik benda atau suatu keadaan tertentu dan tentunya makanan.
Keempat unsur dalam diri manusia (Qi 气 Roh, Ling 灵 Sukma, Hun 魂 Arwah, dan Po 魄Jasad) berhubungan dan bersesuaian dengan empat dimensi (Rohani, Emosional, Intelektual, dan Fisik) serta empat kecerdasan atau kemampuan pokok (Spiritual Quotient, Emotional Quotient, Intelligence Quotient, dan Physical Quotient) sebagai berikut: