khonghucu

Perspektif Iman Khonghucu Tentang Seksualitas: bagian 1

Oleh: Js. Maria Engeline Santoso, S.Kom, M.Ag


Sejarah tentang agama, filsafat, peradaban, kebudayaan, kesenian, kesusastraan, dan yang lainnya telah banyak diteliti serta ditulis oleh para ahli. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa kontribusi Asia sebagai bagian dari jagat raya ini sangat mewarnai perkembangan peradaban serta sejarah kehidupan itu sendiri. Diantara peradaban yang dimaksud, ada sebutan peradaban bangsa kulit kuning Zhong Guo Wen Hua 中國文化 (Chinese Culture). Begitu besar pengaruh dari peradaban ini sampai-sampai dalam terjemahan buku Elizabeth Seeger yang berjudul ‘The Pageant of Chinese History’ (published by Longmans, Green & Co., Inc. – New York) ditulis “As China goes, so goes Asia; As Asia Goes, so goes the world.”

Selain itu, Christopher Dowson juga mengatakan bahwa “Great Religions are building a foundation for great civilizations.” Agama-agama besar adalah bangunan-bangunan dasar bagi peradaban-peradaban besar. Jelas yang dimaksud oleh Dowson bahwa peradaban/budaya sangat terkait dengan agama, artinya apa yang dibawakan atau diajarkan oleh agama akan membentuk karakter dan kebiasaan umatnya yang pada ujungnya menjadi tradisi yang membudaya.

Sistem kepercayaan sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu World Religion dan Local Believes. World Religion adalah agama yang diwahyukan, universal, mendunia, lintas etnik, bangsa, dan geografis, seperti: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu (Ru Jiao). Sedangkan Local Believes adalah keyakinan kepada eksistensi illahi (theistic), hati nurani (humanistic, spiritual entity), ritual, seperti di Nusantara ada Kebatinan (Kejawen). Di Eropa ada Mitologi (Yunani), di Israel ada Yahudiism, di Parsi – Zaratsustra (Zhoroastrian), di Jepang ada Shintoism, dan lain-lain.

Agama Khonghucu memiliki sejarah yang panjang, agama ini sudah ada berabad-abad jauh sebelum Masehi. Tepatnya sudah ada lebih dari 2000 tahun sebelum kelahiran Nabi Kongzi. Bahkan agama Khonghucu pernah ditetapkan menjadi agama negara pada jaman Dinasti Han (136 s.M.) dan terus berlangsung sepanjang Kekaisaran Tiongkok sampai tahun 1912 ketika Tiongkok menjadi Republik.

Agama Khonghucu yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, hidup dan melembaga dalam budaya Indonesia yang mempunyai ciri khas tersendiri. Diantaranya mempunyai tempat ibadah yang berwujud Kelenteng, Miao dan juga memiliki tempat ibadah yang biasa disebut Litang sebagai tempat bersujud Kehadirat Tuhan (Tian), memuliakan dan mempelajari ajaran Nabi Kongzi serta melakukan kebaktian bersama yang menjadi sifat khas ke-Indonesia-an.

Adapun nilai-nilai dasar dalam agama Khonghucu meliputi empat nilai, yaitu nilai Agamis, Filsafat, Pendidikan, dan Tatanan Kemasyarakatan/Politik. Nilai Agamis (Zong Jiao 宗教) menyatakan bahwa Kehidupan manusia dalam iman agama Khonghucu adalah sebuah kelangsungan yang berkesinambungan dari pra ke pasca kehidupan di dunia ini. Maka iman akan datang dan kembali kepada-Nya sebagai Zhong Shi 终始 (prima causa dan finalis causa), menjadi panggilan ibadah yang paling mendasar.

Dalam kehidupan beragama, untuk mengimplementasikan iman dengan menjalankan ibadah adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Umat agama Khonghucu dalam menjalankan Liturgy (peribadatan/tata ibadah), seperti menaikkan sesajian sebagai kelengkapan persembahyangan. Bertujuan untuk memenuhi Li 礼 Kesusilaan dan merupakan wujud atau simbol yang sesungguhnya dari ungkapan rasa hormat dan bakti. Oleh karena itu, bakti menjadi pokok utama ajaran agama Khonghucu.

Nilai Filsafat (Zhe Xue 哲学): Yin Yang 陰陽 (Confucian Cosmology) menunjukkan bahwa jagat raya tidak statis, tetapi berubah sepanjang waktu. Segala sesuatu di alam ini mengalami perubahan. Perubahan merupakan prinsip dasar alam, semua kejadian alam mengalami proses perubahan. Semuanya berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Tidak ada suatupun di jagat raya ini yang bisa berdiri sendiri, segala sesuatu selalu berhubungan dengan yang lainnya. Sesungguhnya segala sesuatu itu merupakan bagian dari keseluruhan. Kenyataan bahwa semua benda merupakan bagian dari keseluruhan inilah yang dimaksud dengan aspek penggenapan.

Segala sesuatu di alam ini diciptakan dengan maksud tertentu. Tak ada suatupun yang tak memiliki kegunaan. Setiap keberadaan memiliki tempatnya sendiri di jagat raya dan harus diseimbangkan dengan tepat sehingga dapat tercipta sesuatu yang lebih berarti. Keseimbangan merupakan sifat alam, keseimbangan Yin Yang merupakan kondisi yang paling penting dalam keharmonisan.

Nilai Pendidikan (Jiao Yu 教育): Ru Jiao 儒教 atau agama Khonghucu; bila ditilik dari kata Ru 儒, dibangun oleh radikal huruf Ren 人 yang artinya manusia dan Xu 需 yang artinya perlu. Maka Ru 儒 dapat diartikan yang diperlukan manusia, kebutuhan manusia. Juga bisa bermakna manusia perlu akan ajaran agama dalam hidup.

Agama Khonghucu diperlukan sebagai pembimbing manusia untuk memenuhi serta menggenapi hakikat kemanusiaan dalam hidupnya sesuai dengan yang difirmankan Tian. Oleh karenanya, pendidikan agama Khonghucu diperlukan manusia sejak lahir, sedini mungkin bahkan ketika masih di dalam kandungan. Maka peranan orangtua sangatlah penting untuk mencukupi kebutuhan sang anak dalam kaitan mendidik (daya hidup rohani) putra-putrinya seawal mungkin di kehidupan rumah tangga Jia Ting Jiao Yu 家庭教育. Jangan hanya mencukupi daya hidup jasmaninya saja. Maka dikatakan merawat tetapi tidak mendidik, itu kesalahan orangtua.

Selanjutnya kesadaran rohani harus dikembangkan sendiri oleh manusia dewasa sehingga dirinya mampu selalu membina diri sebagai pokok. Pada akhirnya disabdakan Nabi Kongzi dalam Kitab Ajaran Besar II:1, “Bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya!“ Dengan demikian, bisa dikatakan sebagai insan ciptaan Tuhan telah menggenapi diri dalam mengemban amanah untuk menjadi manusia seutuhnya.

Nilai Tatanan Kemasyarakatan/Politik (Zheng Zhi 政治) berbicara mengenai tujuan hidup manusia mempunyai posisi yang unik dalam memiliki kebebasan untuk memilih bagaimana hidup dalam kehidupan ini. Dari perspektif pertumbuhan dan perkembangan manusia, kebebasan memberikan konteks untuk memenuhi tanggung jawab seseorang dalam mencapai kedewasaan karakter dan mewujudkan jati diri. Tanpa jati diri, seseorang tidak dapat benar-benar mengerti arti dan nilai-nilainya sebagai manusia (exist). Manusia terlahir dengan potensi tertentu, namun potensi itu tidak dapat diwujudkan tanpa tuntunan moral. Petunjuk moral berguna untuk memperkuat suara hati, melatih pikiran, dan kebiasaan seseorang sehingga dapat mengontrol dan menghubungkan keinginan badani (Xiu Shen 修身 membina diri). Semuanya ini terealisasi dalam bentuk hubungan yang paling mendasar yakni hubungan suami istri atau keluarga (Qi Jia 齊家 membereskan rumah tangga).

Manusia selain sebagai makhuk individu juga merupakan makhluk sosial. Artinya bukan hanya merupakan individu dan bagian dari keluarganya saja, tetapi hidup bersama dengan individu dan keluarga yang lain. Dalam komunitas yang majemuk ini, maka harus bisa mendahulukan kepentingan bersama yang lebih besar. Barulah bisa dicapai masyarakat/negara yang teratur (Zhi Guo 治國). Dan puncaknya adalah bagaimana manusia secara universal yang pada kenyataannya bersifat heterogen, multi kultural dengan latar belakang agama, budaya, geografis, adat istiadat yang sangat berbeda, dapat hidup berdampingan tanpa harus merasa superior dan inferior melainkan justru perbedaan yang ada bisa saling melengkapi dan menggenapi. Sehingga didapat manfaat yang lebih demi kemanusiaan itu sendiri (Ping Tian Xia 平天下 damai di dunia). Harmonis namun jati diri tetap terjaga.

Share this post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top