Hi Peacemaker!
Ini adalah tulisan kedua yang admin bagi hari ini. Tulisan ini adalah oleh-oleh dari Anam (salah satu pengurus YIFoS periode 2012-2014) yang baru kembali dari perjalanannya ke barat, eh maksud admin dari Surabaya.
Surabaya dan
Sekelumit Cerita Yang Tersisa..Adalah GAYa Nusantara, sebuah organisasi yang telah menjadi ‘home’ bagi teman-teman LGBTIQ dan siapa saja yang merasa kekerasan dan diskriminasi berdasarkan keragaman seksualitas harus segera diberantas, yang ‘memboyong’ saya untuk menghabiskan akhir pekan di surabaya pada , kota pahlawan yang masih kental nuansa jawatimuran.. awalnya saya mendapat undangan dari seorang teman di GAYa Nusantara untuk menjadi salah satu narasumber di acara yang diadakan oleh organisasi yang telah berdiri sejak 1 agustus 1987 itu. Meski rupanya saya tidak hanya datang untuk turut memeriahkan acara tersebut, karena surabaya telah berhasil menahan saya untuk tinggal dan berpetualang lebih lama di sana… suatu hal yang sebenarnya tidak masuk dalam rencana kunjungan, namun justru menjadi momen yang tidak akan mudah untuk dilupakan.
Saya berangkat ke surabaya menggunakan bus yang meskipun umum, namun kecepatannya di jalanan benar-benar ‘ra umum’! ngebut banget… namun tak apa, saya memang harus segera sampai ke surabaya, lebih baik datang cepat dari pada telat. Namun sepertinya jalanan sedang tidak bersahabat dengan saya, kemacetan dan berbagai gangguan jalanan lainnya telah menyeret bus yang saya tumpangi untuk menggagahi jalanan lebih lama dari jadwal yang seharusnya. Maka baru ketika matahari terbenam total, saya baru bisa merasakan udara surabaya di terminal Purabaya yang dulu sempat terkenal dengan imej begundal, tidak menunggu lama, saya segera bergegas mencari taksi untuk mengantarkan tubuh lemas saya ke sebuah alamat dimana diskusi akan segera dihelat. Sebelum taksi yang saya tumpangi berhenti dengan sempurna, sudah tampak hidung Antok Serean di seberang jalan menunggu saya untuk segera masuk ke lokasi karena acara rupanya sudah dimulai.
Malam itu saya ‘berduet’ dengan mas Dede Oetomo dalam diskusi hangat yang mengusung tema ‘freedom’. Diskusi yang dilakukan dalam rangka memperingati One Day One Strunggle (ODOS) ini juga dimeriahkan oleh pemutaran film Children of Srikandi, dan juga beberapa performance luar biasa dari teman-teman transgender yang cantiknya sudah sanggup bikin syahrini ‘keder’. Dengan nada dan bahasa yang bersahaja, mas Dede menyampaikan bahwa kebebasan tidak berarti bebas sebebas-bebasnya, sebab kebebasan dibatasi oleh hak orang lain yang jelas tidak dapat diganggu gugat atas nama ‘kebebasan’. Oleh karenanya ‘membunuh’ tidak bisa dikatakan sebagai kebebasan karena hal ini justru melanggar hak orang lain untuk hidup. Sementara saya yang ‘dipeseni’ untuk berbicara dengan tema besar ‘kebebasan dan islam’ menyampaikan bahwa islam menjunjung tinggi kebebasan, meski hal ini harus dimaknai secara luas, yakni bahwa kebebasan yang diperbolehkan adalah kebebasan yang menjurus kepada kebaikan bersama. Oleh karenanya meskipun kalimat ‘allahuakbar’ tak henti dikumandangkan, misalnya, namun tetap tidak dapat dibenarkan jika hal ini digunakan sebagai ‘perintah perang’ terhadap kelompok-kelompok lain yang dianggap tidak benar, sebab hal ini bertentangan dengan semangat perdamaian dan mengedapankan dialog yang diusung oleh islam sejak jaman bahula.
Beranjak malam, diskusipun berakhir. Saya dan beberapa teman dari GAYa Nusantara kembali berkumpul, namun kali ini kami melakukannya di sebuah tempat makan. Yap, kami menutup malam itu dengan makan-makan dan berkenalan lebih dekat.
Bagi saya pribadi, makan malam itu menjadi lebih dari sekedar acara makan biasa, karena di situ saya berkesempatan untuk berkenalan dan berbagi cerita dengan lebih banyak orang lagi yang memiliki kepedulian yang sama terhadap isu keadilan dan kemanusiaan. Saya tentu belajar banyak dari situ.. pertemuan dengan mbk khanis dan mak ukke menjadi salah satu momen terbaik saya saat itu. khusus untuk mak ukke, saya sangat menikmati setiap momen yang kami lewatkan bersama, bahkan saya menawarkan diri untuk ‘diculik’ dan tinggal dirumahnya selama saya di Surabaya. Saya ‘tiba-tiba’ ingin tinggal di surabaya lebih lama lagi…
Malam itu, saya menginap di sebuah hotel di daerah Bambu Runcing, bersama beberapa teman yang berhasil mengubah malam itu menjadi ‘a wonderful sharing time!’
Mak ukke beneran menepati janjinya untuk datang menjemput saya dan mengajak saya tinggal di rumahnya. Ah senangnya… bukan perkara dapat tempat inap gratis yang membuat saya senang, namun saya menemukan sosok ‘teman’ baru yang begitu terbuka dan jujur mengenai banyak hal. Sepertinya memang hanya saya yang memanggil Ukke dengan ‘mak’, seiring dengan perjalanan waktu saya merasa bahwa beliau lebih dari sekedar teman, she is simply ‘mak’ to me.
Kami sharing banyak hal selama saya tinggal bersama mak ukke di rumahnya yang menjadi satu dengan kantor tempatnya bekerja sehari-hari di daerah UPN surabaya. Mak ukke sering sekali bercerita tentang pasangan perempuannya yang telah tinggal bersamanya selama sekitar 7 tahun terkahir ini, yang sayangnya dia tidak sedang berada di rumah, dari cerita-cerita itu saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah saya percaya bahwa cinta itu buta. Ia tidak memandang identitas agama dan seksual seseorang, love is love, that’s it! Sambil lalu mak ukke bilang, ‘saya ini lesbian sejak dari kandungan kok!’, maka tak peduli apa kata orang, cinta suci mak ukke kepada sesama perempuan harus tetap diperjuangkan…
Mak ukke juga dengan senang hati mengajak saya keliling-keliling surabaya menembus macetnya jalanan, terutama ke tempat-tempat ‘startegis’ bagi teman-teman LGBTIQ. Saya begitu terperangah sekaligus takjub tak terjamah menyaksikan betapa teman-teman LGBTIQ begitu bebas mengekspresikan diri… suatu hal yang sangat jarang bisa didapatkan di kota-kota lainnya. Atas kebaikan mak ukke pula saya berkesempatan bertemu dengan berbagai macam teman-teman ‘istimewa’ yang tentu tidak akan mudah saya lupakan.
(Khoirul Anam)
Wah, seru banget ya peacemaker!!! Semoga kapan-kapan admin bisa ada waktu mengunjungi Surabaya dan berinteraksi dengan para peacemaker baik dari komunitas LGBTIQ atau komunitas iman atau individu yang siap sedia membuka tangannya lebar-lebar untuk mengadakan obrolan santai terkait topik Iman dan Seksualitas.
Tetap terus ikuti perkembangan postingan di blog YIFoS ya, untuk informasi-pembelajaran-cerita-sharring tentang iman dan seksualitas serta keterkaitannya.
Salam Damai ^_^