Oleh : Sekar Napitupulu
Gerakan feminisme semakin kuat dan mengakar di Indonesia, ditandai dengan lahirnya komunitas, organisasi dan wadah kritis yang memfasilitasi masyarakat tanpa memandang gender untuk saling belajar dan berbagi ilmu pengetahuan tentang kemanusiaan. Ikhtiarnya, gerakan feminisme mengajarkan agar kita bersikap baik pada semua manusia, dimana tidak hanya membela kesetaraan terhadap kelompok perempuan, tetapi juga berupaya menghapus segala bentuk diskriminasi bagi semua yang tertindas. Gerakan perempuan membawa ideologi untuk menghapuskan sekat-sekat di antara kelompok minoritas yang termarjinalisasi oleh sistem yang ada.
Tentu, gerakan feminisme juga bukan milik sebagian kelompok, bukan pula khusus perempuan di Eropa atau perempuan kulit putih, namun juga dipercaya milik perempuan kulit berwarna, salah satunya di Indonesia. Selanjutnya, gerakan ini bukan hanya milik perempuan di ibukota atau kota-kota besar yang ada di Jawa, melainkan gemanya sampai ke ujung Merauke. Ini menjadi refleksi bahwa gerakan seperti ini hadir dan dibutuhkan, karena permasalahan penindasan terhadap kelompok perempuan dan gender minoritas masih ada dan bahkan sangat banyak. Dengan keberanian dan solidaritas bersama, tentunya kita saling mendukung satu sama lain.
Perempuan Hari Ini, sebuah komunitas yang mewadahi perempuan untuk belajar, bersuara dan bergerak dengan ideologi feminis, genap lima tahun pada 2022 ini. Dalam momentum memperingati lima tahun berkarya, Perempuan Hari Ini mengadakan refleksi bersama anggota-anggota dan simpatisannya melalui sebuah perhelatan yang dinamai “Feminist Camp”. Kegiatan ini dilaksanakan di Langkat, Sumatera Utara pada 4-5 Juni 2022.
Adapun Pendiri komunitas ini, Lusty Ro Manna Malau mengatakan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menjadi momen bagi pegiat isu perempuan, khususnya yang bergerak di Perempuan Hari Ini, untuk membangun kekuatan yang lebih besar dalam solidaritas antar perempuan. Ia juga menceritakan bahwa Feminist Camp diharapkan dapat merefleksikan dinamika gerakan perempuan yang diwarnai dengan berbagai tantangan.“Harapannya, Feminist Camp bisa mengajak kita menepi dan refleksi di alam, menyadari bahwa perjalanan kita selama lima tahun yang digerakan perempuan, memiliki dinamika yang sama dengan lika-liku yang kita lewati saat berangkat dari wilayah tempat kita tinggal menuju tempat ini.” Imbuhnya.
Dua hari refleksi di Hutan Sumatera
Berangkat dari Medan, rombongan komunitas menaiki bus dari terminal Pinang Baris, menempuh kurang lebih dua setengah jam perjalanan ke Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Di awal kedatangan, Perempuan Hari Ini sudah disambut baik oleh teman-teman pegiat isu lingkungan di sana, mulai dari mengantarkan rombongan menuju perkemahan yang melewati jalan berliku, jembatan gantung, bukit kecil, sampai menyeberangi Sungai Landak.
Setelah makan siang, tim panitia melanjutkan kegiatan di pinggir sungai dengan bermain ragam aktivitas luar ruangan yang bertujuan mempererat solidaritas dan kedekatan di antara Perempuan Hari Ini. Kegiatan dilanjutkan dengan mengulas buku dengan Judul Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Faqih yang dibawakan oleh Veranika Saragih; salah satu anggota baru terpilih di Perempuan Hari Ini. Kemudian, panitia bersiap-siap untuk melanjutkan kegiatan refleksi di malam hari, yang tujuannya mengevaluasi dan membicarakan strategi komunitas ke depannya. Tak dapat dipungkiri, tawa canda, air mata haru, dan kata-kata penguat semakin menambah kehangatan di malam dingin, di Hutan Sumatera.
Keesokan paginya, tim panitia bersama Nayla Azmi; pegiat ekofeminis, mempersiapkan perjamuan teh. Masing-masing peserta mendapatkan segelas teh hangat, lalu kemudian Nayla menjelaskan makna kesendirian. “i balik teh yang kamu minum, sadarkah kamu bahwa ada banyak tangan yang bekerja untuk mengolah daun teh menjadi bubuk teh, lalu mengemasnya di pabrik? Di samping itu ada gula yang dihasilkan dari tanaman tebu, yang artinya bahwa dari setiap teh yang kita minum hari ini, tidak dihasilkan dari satu tangan saja tetapi banyak tangan-tangan yang juga membuatnya. Dari sini kita belajar bahwa ada orang-orang yang turut hadir didalamnya, berperan dalam hidup kita. Itulah ekofeminis yang mengajarkan kita untuk mengenali suara-suara yang tidak berdaya.”
Setelahnya Nayla Azmi dan tim Nuraga Bumi Institute mengajak rombongan untuk Forest Bathing dan susur sungai. Mereka menceritakan pengalaman dalam pendampingan ekologi di areal Hutan, membuat seluruh peserta antusias dan mendiskusikan tentang alam dan ancaman yang merusaknya. Sembari menikmati indahnya aliran sungai dan suasana sejuk di sekitar hutan, seluruh peserta kembali bersiap-siap pulang ke perkampungan dan melanjutkan workshop pendidikan seks bagi anak-anak.
Didukung YIFoS Indonesia dan Nuraga Bhumi Institute
Sekar Napitupulu, Ketua panitia Feminist Camp 2022 mengatakan bahwa pelaksanaan Feminist Camp tidak terlepas dari dukungan Youth Interfaith Forum on Sexuality (YIFoS) Indonesia dan Nuraga Bhumi Institute. Dukungan kedua Lembaga tersebut menjadi bukti solidaritas gerakan feminis masih ada dan dibutuhkan dalam kampanye isu kesetaraan.
Seperti diketahui, YIFoS Indonesia yang notabenenya bergerak pada isu keimanan dan seksualitas yang digeluti oleh orang muda di Indonesia, memiliki kinerja baik dalam mendukung kampanye toleransi dan perdamaian. YIFoS kerap memfasilitasi isu feminisme, seperti kesetaraan gender dan kampanye anti kekerasan seksual, dalam program-programnya serta berjejaring dengan berbagai kelompok pegiat isu feminisme di nasional dan daerah.
Ael Napitupulu, Koordinator Nasional YifoS Indonesia periode 2022-2024 mengatakan bahwa kegiatan Feminist Camp patut didukung karena memberi kesempatan bagi perempuan muda untuk belajar dan berbagi pengalaman terkait isu feminis. “kegiatan ini bagus sekali untuk dilakukan secara berkala, karena berhasil menyediakan menjadi ruang aman bagi perempuan-perempuan muda untuk saling memperkuat diri satu sama lain!”
Selanjutnya, Perempuan Hari Ini juga mengapresiasi Nuraga Bhumi Institute. Menurut Sekar, dirinya dan seluruh peserta dapat belajar banyak soal ekofeminisme melalui fasilitator kegiatan, yakni Nayla Azmi, pendiri Nuraga Bhumi Institute: Lembaga yang konsen pada isu konservasi lingkungan di Kabupaten Langkat. “Dalam kegiatan ini, kita melibatkan Kak Nayla di beberapa susunan acara, seperti fasilitator perjamuan teh, forest bathing dan susur sungai. Semua kegiatan itu lekat dengan pembelajaran ekofeminisme.” Katanya.
Dalam dukungannya, Nuraga Bhumi Institute juga memfasilitasi komunitas Perempuan Hari Ini untuk menggelar workshop sex education pada anak-anak perkampungan Bukit Lawang dan sekitarnya. Tentu, ini semakin menambah semangat anggota komunitas untuk mengkampanyekan isu kesetaraan lebih masif lagi, terutama melalui edukasi anak.